Tulungagung - The Beauty of Nature

Kamis, 20 September 2012

Evolusi Paradigma Mahasiswa


Dalam realitas kehidupan, arus globalisasi dan modernisasi tidak dapat terelakkan di berbagai aspek kehidupan, mahasiswa dalam konteks ini seharusnya mampu memposisikan dengan mempersiapkan diri yang ditujukan dalam upaya menjawab tantangan jaman. Akan tetapi mahasiswa dalam konteks kekinian, dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai luhur pendidikan atau (three dharama perguruan tinggi).  Mahasiswa sekamin liar terhadap apa yang terjadi dengan kondisi sekitarnya, apatis, kira-kira begitu. Orientasi pendidikan hanyalah untuk medapatkan posisi strategis dalam dimensi masyarakat atau birokrasi, tanpa memperdulikan aspek-aspek yang tentunya harus dipenuhi selayaknya insan yang sedang menuntut ilmu. Usaha untuk mengisi kemerdekaan dengan mencerdaskan setiap anak bangsapun, bukan hal yang urgen lagi dalam konteks kekinian, negara sepertinya sudah lepastangan dan tak mampu memberi alternatif terhadap kondisi tersebut, terlebih terhadap mahasiswa yang mengalami disorientasi dalam hidupnya. Pandangan hidup yang hanya memandang bahwa kampus adalah media atau wahana untuk mendapatkan gelar tanpa di tunjang dengan kemampuan yang melekat pada diri setiap mahasiswa merupakan hal yang terjadi dewasa ini.  Bagaimana mungkin pendidkan akan berjalan selakyaknya pendidikan yang ideal, sedangkan paradigma yang dibangunkan dalam setiap pribadi mahasiswa adalah aktif (absensi), cepat lulus, tanpa dibekali dengan skill yang tepat, sedangkan mahasiswa yang “diusir” dari kampus dalam artian di intervensi agar cepat lulus tanpa ada jaminan terhadap apa yang digelutinya. Karena itu kemudian dibangunlah paradigma baru bahwa mahasiswa harus melihat aspek lain yaitu enterprenersip. Padahal enterprenersip atau wira-usaha tanpa kuliahpun bisa dilakukan, memang ada perbedaan ketika seseorang itu kuliah dan tidak kuliah tetapi tidak jauh berbeda. Kondisi tersebut diperparah dengan orientasi mahasiswa yang hanya berpegangan dalam prinsip hidup “hidup ideal”. Maksudnya adalah, bahwa kuliah tiga setengah tahun atau maksimal empat tahun, kemudian lulus dan menjadi PNS, nikah, memiliki buah hati, dan mati. Inilah paradigma sebagian besar kalangan mahasiswa ke kinian. Bukankah masa depan bangsa dapat dilihat dari kondisi pemuda saat ini. Dengan demikian pemuda atau mahasiswa memiliki peran strategis, karena itu memhamai karakteristik dan dinamika pemuda atau mahasiswa menjadi penting. Dengan begitu maka kita akan mampu mengoptimalisasikan potensi dan peran strategis mahasiswa serta melindunginya dari potensi-potensi yang akan meruskannya.  Tapi apakah masih relevan ketika pemuda adalah pemegang estafet kepemimpinan bangsa dan yang akan membawa bangsa dan negara ini ke arah lebih baik, ataukah mahasiswa atau pemuda adalah sumber permasalahan yang dapat menghambat kemajuan bangsa, karena sikap, nilai dan pandangan hidupnya tersebut?.


Di kalangan mahasiswa bahwa kampus atau dunia mahasiswa (pemuda yang dianggap sudah mulai matang dalam tahapan intelektualnya) yang sebagian besar sudah mengalami disorientasi paradigma yaitu hanya memahami dari segi formalitas atau simbol-simbol yang digunakan dalam akitifasnya saja, bukan hakekat dari pendidikan yang dienyam dalam dunia kampus tersebut.  Sehingga outputnya-pun akan berbeda dengan mahasiswa tempo dulu yang matang dalam gagasan dan kritis terhadap perubahan. Karena secara subyektif bisa dikatan bahwa kampus bukan melahirkan SDM yang unggul, karena tidak ada penepaan secara serius dalam dunia kampus, yang penting bayar beres, kira-kira begitu. Lantas apa yang harus dibenhai? Sistem pendidikan yang sudah tercengkram neolibkah? Atau karakter serta pemahaman mahasiswa dalam memahami hidup dan dimensi kampus yang harus dirubah?


Sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita berbenah. Kita dituntut untuk menjadi pribadi yang beriman, berpengetahuan luas, serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Dengan ketidak jelasan sistem pendidikan bukan berarti membuat kita semakin berleha-leha dan apatis. Keadaan yang demikian memang tidak bisa dipisahkan dari kaum kapitalis dan neolib yang juga merambah kesetiap sudut kehidupan bahkan pendidikan. Kita harus membenahi orintesasi yang mungkin benar atau juga mungkin salah, sehingga didapatkan reorientasi yang objektif atau  tepat guna menjawab tantangan jaman, bukan sifat/sikap, nilai dan pandangan hidup yang terlalu konservatif atau juga terlalu libral. Formalitas memang penting tetapi bukan satu titik penentu yang terpenting, globalisasi atau modernisasi bukan dimaknai dari fisik semata melainkan pemikiran yang lebih sistematis, karena masih banyak aspek lain yang juga belum tersentuh oleh kalangan mahasiswa dalam dimensi kekinian.

0 komentar:

Posting Komentar

Profil Kampus

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI) Tulungagung sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), lahir dengan embrio IKIP Sarmidi Mangunsarkoro pada tahun 1969. Selanjutnya menjadi IKIP PGRI Jawa Timur di Tulungagung. Dalam perkembangannya berdasarkan usulan YPLP-PT PGRI menjadi STKIP PGRI Tulungagung dengan Status Terdaftar dengan SK Mendikbud Nomor : 070/0/1985, tanggal 18 Februari 1985. Berkedudukan di Kabupaten Tulungagung dengan alamat Jalan Mayor Sujadi Timur No. 7 Plosokandang.

Pembinaan Kemahasiswaan dan Alumni

Peningkatan daya penalaran mahasiswa meliputi : penelitian oleh UKM IKLIM Tulungagung, kelompok - kelompok mahasiswa Program Studi, memadukan kuliah kerja dengan penelitian institusional di Program Studi, objek penelitian dalam dan di luar kampus, tiap Program Studi diberikan kesempatan melakukan penelitian dengan kelompok yang berbeda, topik penelitian harus mempunyai relevansi dengan Program Studi dan harus tetap berkaitan dengan masalah pendidikan serta sesuai dengan objek penelitian.

Seminar Akademik

Seminar/ Simposium/ diskusi/ lokakarya/ penataran mahasiswa oleh UKM IKLIM Tulungagung dengan tiap Program Studi diberikan kesempatan melaksanakan kegiatan yang mempunyai relevansi dengan Program Studi dan harus tetap berkaitan dengan masalah pendidikan. Kegiatan lain yang bersifat eksternal, dilaksanakan oleh UKM IKLIM Tulungagung bekerjasama dengan instansi lain.