
Menghargai seni budaya
tradisional harus dimulai dari lingkungan kita sendiri, terutama lingkungan
keluarga, institusi pendidikan dan komunitas setempat. Jika tidak maka budaya
yang kita miliki akan "tenggelam" di tengah arus teknologi informasi.
Jangan sampai ada pola pikir yang menyatakan bahwa seni budaya tradisional
dinilai sudah tidak menarik lagi, tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Masyarakat memang memerlukan suatu bentuk hiburan yang lain, namun hiburan lain
tersebut kebanyakannya berasal dari budaya asing yang jelas esensinya sering
bertentangan dengan budaya tradisi. Fenomena yang akhirnya menimbulkan
kontradiksi, antara satu sisi ingin mempertahankan seni budaya tradisional dan
sisi yang lain yang mulai meninggalkan seni budaya tradisional. Lantas, jika
seni budaya tradisional Indonesia sudah jarang yang mengapresiasi, pantaskah
kita berkoar - koar saat seni budaya tradisional tersebut di"klaim"
oleh negara lain ? Padahal, Indonesia yang seyogyanya telah dianugrahi kearifan
lokal, keanekaragaman seni budaya, dan tradisi - tradisi yang unik sudah
seharusnya mulai untuk dilestarikan, dan yang terpenting sudah mulai
disosialisasikan pada masyarakat dalam skala yang lebih luas. Sehingga dengan
upaya sosialisasi yang konsisten, masyarakat secara pribadi akan mengapresiasi
dan melestarikan seni budaya tradisional, karena rasa memiliki pun semakin
kuat.

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung sebagai salah satu perguruan tinggi yang
ada di Kabupaten Tulungagung juga punya peran penting sebagai strategi dan
langkah nyata mensosialisasikan dan mengapresiasi seni budaya tradisi. Selain
menjadi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang secara terus menerus
mengembangkan iklim akademis yang kondusif agar dapat mendukung pelaksanaan
proses pembelajaran, kampus yang berada di bawah binaan YPLP-PT PGRI ini juga
punya rasa peduli akan pengembangan seni budaya bangsa, dan mendukung penuh
serta memberikan apresiasi pada pemuda Tulungagung setempat yang aktif
beraktivitas mengenbangkan potensi kearifan lokal. Dengan harapan, pemuda -
pemuda setempat dan mahasiswa pada khususnya diharapkan tidak hanya menekuni
ilmu dalam bidangnya saja, tetapu juga beraktivitas untuk mengembangkan soft
skill-nya agar menjadi personal yang mandiri, penuh inisiatif, bekerja secara
cermat, penuh tanggung jawab dan gigih.

Untuk mendukung terwujudnya
harapan - harapan tersebut, sebagai bentuk nyata maka STKIP PGRI Tulungagung
tiap tahunnya selalu melaksanakan kegiatan Pekan Seni Budaya (PSB), untuk tahun
2013, PSB mengusung tema ,"Menumbuhkan Pesona Budaya Tradisional sebagai
Wujud Identitas Bangsa." Tema yang lebih bernuansa Tulungagung setempat,
namun dikemas secara menarik, sesuai dengan selera kaum muda, mahasiswa, maupun
masyarakat di sekitar Plosokandang dan sekitarnya. Persiapan pun sudah mulai
dilakukan sejak jauh - jauh hari. Pembentukan panitia, koordinator dan segalam
macamnya juga disiapkan, sehingga pada pelaksanaan bisa berjalan meriah, sesuai
rencana dan dalam suasana "Guyub Rukun" aman terkendali. Dari pihak
mahasiswa sendiri, terlihat sudah begitu solid dan kompak dengan tiap
organisasi mahasiswa (ormawa) seperti Unit Kegiatan (UKM) dan Himpunan
Mahasiswa Prodi (HMP) bersedia mendirikan stand di bazar guna mempromosikan
kegiatan dan produk unggulan tiap - tiap UKM dan HMP. Dari institusi
pemerintah, acara ini mendapat dukungan penuh dari Pemkab. Tulungagung yang
diwakili hadirnya Kepala Disbudparpora, Komandan Batalion 5/11 dan pimpinan BNN
Kabupaten Tulungagung yang sebelumnya telah menyematkan gelar "Kampus
Bebas Narkoba" untuk STKIP PGRI Tulungagung. Mendukung suksesnya PSB,
tahun ini hadir begitu banyak sponsor seperti dari Suzuki Tatar Unggul, Permen
Hexos, Teh Botol Sosro, Pocari Sweat, JNE, Sophie Martin, dan Toko Helm Metro.
Segenap spondor telah bekerja sama sebagai bentuk Corporate Socual
Responsibility (CSR) yang aktif memberikan pelayanan terbaik pada seluruh
pebgunjung yang datang.

Pembukaan acara dilaksanakan
Kamis (21/3) pukul 19.00 WIB dengan serangkaian acara. Dimulai dengan
pertunjukan seni tari "rodatan" dari mahasiswa yang tergabung dalam
UKM Kerilohanian Islam, penampilan atraksi "Leang - Leong" beserta
kembang api yang semakin memeriahkan suasana malam di kampus yang memiliki
jumlah mahasiswa terbesar se - Kab. Tulungagung ini. Dalam acara pembukaan,
turut hadir segenap dosen beserta staff kampus. "Terima kasih saya ucapkan
pada panitia
dengan persiapan waktu yang
telah diberikan bisa menjadikan acara ini (PSB) menjadu luar biasa."
Ungkap Drs. H. Djoko Edie Yuwono, M.M, selaku Ketua STKIP PGRI Tulungagung saat
pidato pembukaan. Lalu beliau melanjutkan," Saya bangga, kampus kita
memiliki mahasiswa yang aktif dan kreatif dalam melaksanakan berbagai program
kerja." Mengakhiri pidato, Ketua STKIP yang akrab dipanggil Pak Joko ini
sekali lagi memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat," Terima
kasih pada mahasiswa, sponsor dan pihak - pihak dari berbagai instansi yang
mendukung acara ini." Acara pembukaan pun dilanjutkan dengan kunjungan
para undangan untuk meresmikan dan melihat - lihat puluhan stand, yang nantinya
stand tersebut akan berjualan di lapangan parkir kampus sampai Minggu (24/13).
Acara pembukaan pun diakhiri dengan penampilan musik dari UKM Band.

Hari Kedua (22/3), agenda utama di hari Kamis yang cerah ini yakni Lomba Tari
Tradisional. Peserta lomba dikategorikan menjadi tiga kategori sesuai
peringkat,mulai kategori Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Dewan juri dari pihak luar
kampus yang memang mumpuni untuk memberikan penilaian pada tiap peserta yang
tampil. Peserta lomba sendiri, terdiri dari puluhan kelompok/ grup tari yang
mengenakan kostum tradisional dengan warna - warna cerah dan koreografi tarian
yang beraneka ragamnya. Persaingan untuk meraih gelar juara memang ketat, namun
tiap
kelompok/ grup tari yang memang
sebelumnya sudah berlatih sejak sekian lama,tetap tampil maksimal untuk menarik
perhatian dewan juri. Seluruh kelompok/ grup tari telah sepenuhnya tampil saat
waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Dilanjutkan istirahat sejenak, sebelum malam
harinya di panggung yang sama tampil acara musik reggae yang mengubah suasana
dari siang harinya bernuansa trdisional menjadi suasana malam yang khas
"rasta", istilah penikmat musik khas yang mulai diminati golongan
"indie" di kalangan kaum muda. Namun suasana hingga usai acara pukul
22.00 WIB tetap aman, damai tanpa adanya bentrok antar penonton.

Hari Ketiga (23/3), PSB terus berlanjut semakin meriah. Bertepatan dengan akhir
pekan (malam minggu), agenda utama hari itu adalah Festival Band se - eks
Karesidenan Kediri. Terlibat puluhan grup band pelajar yang menampilkan dua
lagu dalam satu kali penampilan. Dengan satu lagu daerah diwajibkan untuk tiap
penampilan tersebut, namun juga masih bisa diaransemen ulang. Di sinilah
terlihat bakat - bakat musik pelajar setempat. Dengan berbagai aliran musik
yang "dimainkan", namun puluhan grup band pelajar yang tampil kala
sore itu tetap menyuguhkan suatu yang "berkelas", bahkan seperti
tampil saat band perform, bukan tampil layaknya mereka berkompetisi secara
ketat. Sehingga peninton yang masih meramaikan panggung dan di area bazar bisa
menikmati alunan lagu dengan santai.

Di hari terakhir (24/3), sejak
pagi - pagi suasana kampus yang memiliki 5 Program Studi (prodi) sudah mulai terlihat
ramai. Selain dari kegiatan bazar yang masih berlangsung, juga karena mulai
dilaksanakannya kegiatan "Sepeda Sehat" keliling di lingkungan
sekitar kampus, dilanjut lomba menghias tumpeng, lomba make up, dan yang
ditunggu - tunggu seperti undian tiket "Sepeda Sehat" berhadiah
berbagai alat elektronik dan "doorprize" utama satu sepeda motor dari
Suzuki Tatar Unggul. Sementara di sudut kampus lainnya juga dilaksanakan acara
"Khitan Massal" yang bekerja sama dengan UKM PIK STKIP. Tak berhenti
di siang hari, acara terus berlanjut dengan di area bazar, aneka lomba - lomba
tradisi seperti lomba bakiak,makan kerupuk, balap karung yang pesertanya mulai
dari pelajar, juga mahasiswa dari STKIP PGRI Trenggalek turut berpartisipasi.
Sore hari, lomba tradisi yang terakhir dilaksanakan yakni lomba panjat pinang.
Pagelaran Wayang Kulit semalam
suntuk mengakhiri serangkaian acara PSB 2013. Dalang Eko S membawakan lakon
"Wahyu Purbo Sejati". Sebelumnya, pukul 20.00 WIB dilaksanakan acara
penutupan secara resmi PSB dan penyerahan hadiah untuk pemenang Lomba Tari,
Festival Band, beserta aneka lomba tradisi. Baru pukul 22.00 WIB, pagelaran
wayang dimulai, dan penonton yang berasal dari segenap masyarakat Tulungagung
peminat seni pewayangan tetap menonton sampai lakon wayang selesai pukul 04.00
WIB (25/3). Acara selesai, panitia dan koordinator kebersihan langsung
membongkar dan merapikan peralatan yang telah digunakan selama PSB 2013
berlangsung. Area kampus pun sudah terlihat bersih saat kegiatan perkuliahan
aktif dimulai pada hari yang sama. Berakhir dengan sukses, semua pihak yang
terlibat puas dengan lancarnya pelaksanaan acara PSB 2013. Walaupun pada
beberapa aspek masih terdapat kekurangan, semoga ini bisa menjadi
"pekerjaan rumah" untuk panitia PSB di tahun - tahun berikutnya,
untuk bisa melaksanakan PSB yang lebih meriah dan tetap menghargai seni budaya
tradisional.
0 komentar:
Posting Komentar